![]() |
| Keterangan Foto : Menu MBG untuk Balita di Desa Sawah paket untuk 3 Hari |
Kampar, (potretperistiwa.com) – Sejumlah kelompok masyarakat dan perwakilan orang tua murid mendesak pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap implementasi program Makan Bergizi Gratis (MBG). Selain menyoroti ketepatan sasaran distribusi, warga menuntut adanya sosialisasi terbuka mengenai rincian anggaran per paket makanan guna menjaga transparansi dan kualitas gizi.
Dalam pelaksanaan warga melaporkan adanya ketidakkonsistenan kualitas menu di beberapa titik distribusi. Beberapa warga merasa menu yang diberikan belum sepenuhnya memenuhi standar gizi yang dijanjikan.
”Kami sangat mendukung program ini, tapi kami ingin ada standar yang jelas. Jangan sampai hari ini menunya lengkap, besok hanya seadanya. Harus ada evaluasi agar pemberian ke warga benar-benar merata,” ujar FA salah satu perwakilan warga pada Senin (29/12/2025).
Poin utama yang menjadi sorotan warga adalah transparansi anggaran. Warga meminta pemerintah membuka informasi mengenai biaya riil per paket makanan per hari kepada publik. Hal ini dianggap penting agar masyarakat dapat ikut mengawasi apakah makanan yang diterima sesuai dengan nilai anggaran yang dikelola oleh penyedia jasa (vendor).
Rincian yang diharapkan warga meliputi Biaya Bahan Baku, Nilai belanja untuk karbohidrat, protein, sayur, dan buah. Biaya Operasional Biaya masak, pengemasan, dan distribusi. Standar Porsi Berat gramasi untuk setiap jenis lauk pauk.
Pengamat kebijakan publik menyarankan agar pemerintah menyediakan papan informasi atau situs web khusus yang memperbarui rincian menu dan biaya harian di setiap wilayah.
”Transparansi adalah kunci agar program ini tidak menjadi celah penyimpangan. Dengan sosialisasi anggaran per paket yang jelas, warga merasa dilibatkan dan rasa percaya (trust) kepada pemerintah akan terjaga," ungkapnya.
Selain masalah anggaran, warga juga menyoroti pentingnya pola komunikasi dari petugas atau pelaksana di lapangan. Warga berharap, ketika ada pihak yang bertanya atau memberikan kritik mengenai menu makanan, pihak penyelenggara dapat menanggapinya dengan sikap terbuka dan edukatif.
Masyarakat meminta agar tidak ada bahasa penekanan atau sikap defensif saat warga mempertanyakan kualitas makanan. Sebaliknya, ruang dialog harus dibuka lebar sebagai bentuk pertanggungjawaban publik.
"Komunikasi yang baik adalah kunci. Jika ada warga yang bertanya tentang menu hari itu, sebaiknya dijawab dengan penjelasan yang jelas, bukan dengan nada yang menekan. Kami bertanya karena peduli pada kesehatan anak-anak kami," tambahnya.*****(RL).

Posting Komentar